Tuesday, August 19, 2008

Dasar Ilmiah & Psikologis Melatih Anak Beribadah Sejak Dini

Sumber:
Buletin Panduan Orang Tua & Guru
"KIAT PRAKTIS Menjadikan puasa anak kita asyik dan menyenangkan"
Oleh Yayasan Kita & Buah Hati
Pengasuh : Neno Warisman, Elly Risman, SPsi., Ery Soekrisno, Sumarti M, Thahir, SPd.

Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang; Kapan seorang anak dilatih untuk sholat? Rasulullah menjawab: "Jika ia sudah bisa membedakan tangan kanan dan tangan kirinya".

Kalau kita memperhatikan hadits diatas, menurut bapak ibu usia berapa anak kita membedakan tangan kanan dan tangan kirinya?. Tentu sekitar 2 sampai 3 tahun bukan?

Pada hadits yang lain Rasulullah saw bersabda: "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat pada usia 7 tahun dan pukullah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya)". (HR ABu Daud dan Tirmidzi, dari Sabrah bin Ma'bad Al Juhaini ra).

Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar sholat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti puasa dan haji serta ibadah lainnya.

Bagaimana dasar ilmiah & psikologisnya melatih anak beribadah sejak dini?

SATU. Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa pada saat lahir Allah SWT telah membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya.
Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bakan bau keringat orang tuanya!. Hubungan sel-sel tersebut mencapai 1 trilyun begitu anak berusia 3 tahun. Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi proses strukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang diulang-ulang akan membuat hubungan antara sel-sel terentu menjadi semakin kuat, sedangkan yang tidak diulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits diatas, maka benar Rasulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ngulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga insya Allah telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut, sehingga ia rela menerima sangsi (berupa pukulan, sebaiknya pada telapak kaki), bila ia tidak emnunaikan ibadah tersebut dengan sebaik-baiknya.

DUA. Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mudah dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tuannya.

TIGA. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasaan yang kita tanmkan dengan mempercayainya tanpa alasan. Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.

EMPAT. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadian nya kelak. Hal-hal yang baik atuapun yang buruk terjadi dimasa belita mempunyai pengaruh besar dalam kehidupannya kelak.

LIMA. Manfaatkan daya ingat anak yang kuat semasa kecil seperti pepatah Arab : Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir diatas air.

ENAM. Sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orang tua. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah maka anak juga mulai mngidentifikasi orang-orang lain disekitarnya.

TUJUH. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiya dan fisik. Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak kita untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia suka atau mau lalu bisa, kemudian menjadi biasa atau terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kesabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.

Monday, August 18, 2008

Menyongsong Romadhon 1429H

Tidak terasa waktu terus berjalan begitu cepat dan Romadhon 1430 tinggal beberapa hari lagi di depan kita!

Dimana-mana sudah kelihatan persiapan-persiapan yang dilakukan baik untuk menyambut maupun mengisi bulan suci Romadhon, entah itu iklan di televisi, koran, bahkan beberapa tetangga rumah sudah mulai menghias rumahnya dengan tulisan-tulisan seperti 'Selamat Datang Romadhon', 'Welcomme Bulan Suci Romadhon", dan lain sebagaimana yang memperlihatkan sudah mulai semarak keluarga-keluarga muslim mempersiapkan diri masing-masing.

Begitupun keluarga kami sudah mulai bersiap-siap, hampir setiap kumpul makan malam saya, istri dan anak-anak selalu membincangkan persiapan masing-masing untuk mengisi bulan suci Ramadhan. Anak saya yang pertama, Khonsa sudah minta dibelikan buku-buku bacaan, novel dan komik yang banyak. Zaid minta hadiah mainan robot dan helikopter yang pakai remote sebagai 'bergaining' untuk belajar melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan anak kami yang ketiga, Rumaisha cuek-cuek saja dan asyik dengan pelajaran barunya yaitu 'belajar berjalan', soalnya dia baru menginjak usia satu tahun!

Adapun saya dan istri malah mulai membicarakan lebaran!
Yang lainya kami mulai pasang target seperti berapa kali kami harus khatam, infak, taraweh, qiyamulail, dan i'tikaf.

Persiapan yang lainnya kami mulai baca-baca lagi buku-buku fiqh tentang shoum dan beberapa tulisan yang berkaitan dengan kiat-kiat bagaimana menjadikan puasa anak kita asyik dan menyenangkan yang kami ingin sharing disini.

Monday, August 4, 2008

Mendidik Anak Gemar Membaca

Membaca adalah pintu gerbang menuju dunia ilmu pengetahuan.Membaca adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap manusia khususnya di zaman modern ini. Sebagaimana kita ketahui dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari tiga macam keterampilan dasar ini yaitu membaca, menulis dan berhitung.

Kegiatan membaca juga merupakan salah satu solusi bagaimana mengurangi kecenderungan anak-anak yang terlalu sering menonton TV. Permasalahannya adalah bagaimana supaya anak-anak kita gemar membaca?

Ada beberapa pengalaman keluarga kami dalam mendidik anak-anak supaya gemar membaca diantaranya :

Usia Dini, lakukan mengajar membaca atau paling tidak mengenalkan hurup kepada anak-anak sejak usia dini, ya mungkin mulai usia 2 tahun. Khonsa, putri pertama kami sudah bisa membaca sejak usia 3 tahun. Pada waktu itu kami sudah mengenalkan hurup dengan banyak bermain puzzle sejak usia Khonsa 1,5 tahun. Kemudian kami lanjutkan dengan mengajar ba-bi-bu-be-bo yang ternyata metode ini cocok dengan Khonsa sehingga umur 3 tahun Khonsa sudah bisa membaca.

Motode, cari matode yang paling tepat yaitu yang paling disukai oleh anak kita. Metode belajar membaca ba-bi-bu-be-bo yang cocok untuk Khonsa ternyata tidak cocok untuk anak kami yang kedua Zaid. Walaupun sudah mengenal hurup akan tetapi ketika kami tingkatkan ke metode ba-bi-bu-be-bo ternyata sangat sulit untuk Zaid. Kemudian kami coba merubah metode dengan cara belajar membaca LATUCA yang merupakan permainan mencocokan kata dan gambar. Hasilnya ternyata Zaid lebih cepat paham dan pada saat umur 4 tahun Zaid berhasil dalam usahanya untuk membaca.

Proses, seperti pada umumnya dunia anak-anak maka proses yang harus dilakukan tentu saja harus disesuaikan dengan dunia anak-anak yaitu BERMAIN. Kita tidak perlu memaksakan mereka untuk belajar apalagi ketika mereka tidak mood. Lakukan pada saat mereka kelihatan lagi mood dengan cara bermain atau ketika sedang berjalan-jalan santai sambil ngobrol sehingga mereka merasa senang.

Penghargaan, beri mereka pujian dan penghargaan ketika mereka berhasil dalam meningkatkan kemampuan belajar mereka. Wah....Zaid sekarang sudah bisa mengenal buah-buahan....sudah bisa berhitung sampai sepuluh....mau hadiah nggak?
Dengan memberi rangsangan berupa hadiah yang mereka suka akan semakin meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.

Bacakan Cerita, anak-anak sangat suka kalau mereka dibacakan cerita apalagi kita membaca cerita dengan karakter dan suara-suara seuai tokoh cerita. Misalnya ketika kucing sedang bicara selingi setiap beberapa kata dengan suara kucing...miaouu...dijamin mereka akan ketagihan untuk terus dibacain cerita!

Toko Buku, sering-sering ajak mereka ka toko buku dan biarkan mereka memilih buku apa saja yang mereka suka, jangan terlalu mengatur apa yang harus mereka baca. Dengan diberi kebebasan memilih buku yang mereka suka maka mereka pasti akan lebih semangat lagi membaca.

Sabar, itulah kunci dari semuanya. Mungkin pada saat kita mengajar mengenalkan hurup pada mereka seolah-olah mereka susah sekali untuk paham, tapi ketahuilah mereka sebenarnya merekam setiap apa yang kita ajarkan dan suatu saat kita akan takjub ketika mereka mengulang apa yang kita ajarkan!

Itulah beberapa pengalaman kami mendidik anak-anak supaya gemar membaca. Alhamdulillah mereka sekarang lebih suka membaca dari menonton televisi yang mungkin sebagian besar orang tua mengeluhkan masalah ini.

Mi....kapan beli majalah yang baru! yang ini sudah bosan bacanya!