Thursday, July 31, 2008

Meningkatnya Penderita Autis

Kompas, 26 April 2008

JAKARTA,SABTU - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjanjikan Therapy Center khusus autis di rumah sakit-rumah sakit pemerintah untuk memfasilitasi terapi gratis bagi para penderita autis yang keluarganya tidak mampu. Hal ini disampaikan Menkes dalam pembukaan rangkaian Expo Peduli Autisme 2008 di Graha Sucofindo, Jakarta, Sabtu (26/4).

Menkes mengatakan, menurut data yang diperolehnya jumlah penderita autis di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2004 tercatat 475 ribu penderita dan sekarang diperkirakan setiap 1 dari 150 anak yang lahir, menderita autisme "Ini adalah hasil yang mengkhawatirkan. Pemerintah akan menyediakan pelayanan kesehatan bagi autisme yang kurang mampu, mudah-mudahan tahun ini bisa merealisasikan hal tersebut dan dapat membantu keluarga penderita yang tidak mampu," ujar Menkes.

Dalam kesempatan ini, Menkes juga berusaha membesarkan hati para orang tua penderita autis untuk terus bersemangat merawat anak-anaknya yang tergolong berkebutuhan khusus. "Jangan putus asa, jangan kecil hati, saya yakin mereka akan mampu maju dan berkembang, ini akan terjadi kalau bapak atau ibu telaten dan jangan merasa capek, saya yakin mereka akan terus maju," tambah Menkes.

Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI) Melly Budiman menyesalkan belum adanya survei dan riset untuk penanganan kasus autis di Indonesia. Melly mengaku kesulitan untuk memaparkan data-data yang berkaitan dengan autisme di Indonesia selama mengikuti konferensi internasional.

"Sebenarnya kami sudah merencanakannya sekitar 1-2 tahun lalu namun terkendala masalah dana ketika sampai ke dikti, waktu itu aja budgetnya sampai 1 miliar, jadi sulit," ujar Melly. Oleh karena itu, Melly mengharapkan Menkes mau serius merealisaikan therapy center sebagai solusi dari kebutuhan mendesak akan penanganan anak autis di Indonesia yang mahal dan jumlah penderitanya sendiri yang semakin banyak.

Wednesday, July 30, 2008

Apel, Mengatasi Beragam Penyakit

“MAKANLAH apel setiap hari dan tubuh akan terhindar dari penyakit". Demikian makna peribahasa Inggris, "An apple a day keeps the doctor away". Di negara-negara maju, seperti di Amerika dan Eropa, kalimat ini bukan saja sangat populer, tapi juga diyakini masyarakatnya, dengan mengonsumsi sebutir apel sehari, seseorang akan tetap sehat. Bukan hanya penyakit ringan seperti flu dan diare yang bisa ditangkal dengan apel, tapi juga kanker, serangan jantung dan stroke. Luar biasa bukan?

Di dalam buah 'meja' ini terkandung banyak sekali zat yang bersifat mencegah atau menyembuhkan sejumlah penyakit. Tak heran, di berbagai negara maju, termasuk Amerika Serikat diproduksi obat yang disebut 'pil apel'.
Menurut para ilmuwan, salah satu kandungan zat dalam buah apel mampu mengatasi insomnia. Christoph Hufeland, pakar obat-obatan alamiah, senantiasa menganjurkan pasien insomnia rajin makan apel. Banyak bukti, para penderita insomnia bisa tidur nyenyak setelah mengonsumsi apel. Hal ini dimungkinkan karena dalam buah apel terdapat mineral magnesium plus kalsium yang berkhasiat sebagai obat penenang alami. Dampaknya memang sangat positif, sebab selagi kita tidur, tubuh secara otomatis akan mereparasi seluruh sel yang telah aus, rusak atau yang mati, sehingga peredaran darah lancar dan tubuh menjadi kuat kembali.

Peneliti dari Amerika, Prof.Dr. Ancel Keys mengatakan, zat yang terkandung dalam apel mampu mengatur pembagian gula darah dalam tubuh, sehingga orang dapat tidur nyenyak setelah memakannya. Peneliti lain, Dr. Jeffry S. Hyams berpendapat, zat yang terkandung dalam apel mengatur perkembangan bakteri dalam usus, sehingga peredaran darah menjadi lancar dan pertahanan tubuh menjadi kuat.
Sementara Prof. Josef Jagic dari Wina berpendapat, zat yang terkandung dalam apel mampu melarutkan garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh. Menurutnya, apel sangat cocok untuk pasien tekanan darah tinggi dan dapat mencegah sakit jantung.

Sumber:
Kabelan Kunia,
Staf KPP Bioteknologi ITB. Peminat masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat

Thursday, July 17, 2008

Hidup Bahagia Tanpa TV (# 2)

Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Sabar. Ah… rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak-anak shalih yang mendoakan, kita haruskan mereka melakukan shalat bahkan ketika usianya belum genap empat tahun.

Karena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak-anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki usia lima tahun. Atau… kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah payah berusaha ? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit.

Apa yang membuat para orangtua semakin menipis kesabarannya ? Selain karena lemahnya tujuan dan tidak adanya visi ke depan dalam mendidik anak, banyaknya waktu menonton TV, otak kita cenderung pasif. Ron Kauffman, pendiri situs TurnOffTV.com, menunjukkan bahwa selama menonton TV pikiran dan badan kita bersifat pasif (berada pada kondisi alfa). Tidak siap berfikir. Jika keadaan ini terus berlanjut, orang tua akan cenderung bersikap dan bertindak secara reaktif. Bukan responsif. Mereka mudah marah ketika mendapati anak melakukan apa yang dirasa mengganggu. Mereka juga mudah bertindak kasar jika anak tidak melakukan apa yang diinginkan orang tua. Apalagi jika sebelumnya mereka sudah memiliki kecenderungan temperamental, semakin cepatlah mereka naik darah.

Diluar itu, secara alamiah kita- anak-anak maupun dewasa – cenderung tidak siap melakukan pekerjaan lain secara tiba-tiba jika sedang asyik melakukan yang lain. Kalau Anda sedang asyik nonton pertandingan sepak bola, telepon dari Bos Anda pun bias terasa sangat mengganggu. Apalagi kalau gangguan itu berupa permintaan istri untuk membersihkan kamar mandi, keasyikan menonton atraksi kiper menepis bola bisa membuat emosi Anda mendidih. Apa lagi jika gangguan itu datang dari rengekan anak Anda yang minta diantar pipis ….!

Jika menonton TV sudah menjadi bagian hidup orangtua yang menyita waktu berjam-jam setiap harinya, pola perilaku yang reaktif, impulsif dan emosional itu lama-lama menjadi karakter pengasuhan. Semakin tinggi tingkat keasyikan orang tua menonton TV, semakin tajam “Kepekaan “ mereka terhadap perilaku anak yang “mengganggu” dan “membangkang”. Akibatnya, semakin banyak keluh kesah, kejengkelan dan kemarahan yang meluap kepada anak-anak tak berdosa itu. Lebih menyedihkan lagi kalau lingkaran negatif menumbuhkan keyakinan bahwa anak-anak (sekarang) memang susah diatur.


Matikan TV dan Berbahagialah

keluargaSatu masalah lagi yang sering dihadapi orang tua: merasa tidak ada waktu untuk mendampingi anak. Kesibukan selalu merupakan alasan klasik yang membenarkan hampir semua kesalahan kita. Kita tidak punya waktu untuk anak. Tetapi kita memiliki kesempatan untuk menonton TV begitu tiba di rumah, karena orang sibuk memerlukan hiburan. Sebuah alasan yang sangat masuk akal ketika istri tak lagi cukup untuk menghibur hati.

Nah… Apakah tidak ada jalan untuk membalik keadaan ? Matikan TV dan hidupkan hati Anda. Kalau Anda merasa benar memerlukan TV, susun jadwalnya. Pastikan Anda menonton, misalnya maksimal satu jam sehari semalam atau setengah dari itu, dan tentukan Anda hanya melihat tayangan yang benar-benar bergizi. Bukan cerita-cerita kosong yang tidak berarti.

Begitu Anda mematikan TV dan mengalihkan hiburan dalam bentuk bercanda dengan anak istri, insya Allah Anda akan mendapatkan beberapa keuntungan ganda sekaligus. Anda mendapatkan waktu dan kesempatan untuk bercanda, maupun bercakap-cakap – bukan sekedar berbicara dengan orang-orang yang Anda cintai; Anda juga menabung kesabaran; sekaligus Anda membangun kedekatan hati dengan keluarga.

Al Qur’an membedakan berbicara dengan bercakap cakap (ngobrol). Berbicara bersifat satu arah, sedangkan ngobrol bersifat mengalir dimana kita saling mengajukan pertanyaan, tapi bukan berupa Tanya jawab. Ngobrol membuat hati semakin dekat satu sama lain. Ngobrol juga menjadikan perasaan kita lebih hidup. Tentu saja, apa yang kita obrolkan juga berpengaruh.

Didalam surat Ash Shaaffaat, Allah ‘azza wa jalla menunjukkan bahwa ngobrol merupakan salah satu kenikmatan surga. Allah Ta’ala berfirman, “Disisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. Lalu sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain sambil bercakap-cakap” (Ash Shaaffaat -37- : 48 – 50)

makan bersamaYa, bercakap-cakap dengan obrolan yang baik. Inilah kenikmatan surga yang bisa kita hadirkan di rumah kita tanpa harus mati terlebih dahulu. Pada saat ngobrol, kita bias memberi dukungan sekaligus dorongan positif bagi anak-anak kita. Ini merupakan salah satu yang sangat mereka perlukan untuk mengembangkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Dukungan dan dorongan positif yang kita berikan pada saat yang tepat, sangat berperan untuk membangun diri dan percaya diri mereka. Tetapi ini sulit sekali kita berikan kepada mereka jika kesabaran tidak ada, waktu tidak punya dan keakraban tidak terjalin. Kita berbicara kepada mereka, tetapi tidak komunikasi. Kita mendengar suara mereka, tetapi tidak mendengarkan perkataan dan isi hatinya. Sebabnya, otak kita sudah penat karena beban kerja dan tayangan TV yang menyita energy otak kita.

Nah… Omong-omong, kapan terakhir kali Anda ngobrol dengan anak Anda? Sudah lama… ?

Sumber : Suara HidayatullahJuli 2008 Kolom Parenting

Hidup Bahagia Tanpa TV (# 1)

Television
Oleh Muhammad Fauzil Adhim

Setiap anak harus mengembangkan perasaan bahwa mereka dapat ”mengubah dunia” dan memiliki kekuatan dari dalam (innerstrength) dan percaya bahwa mereka adalah orang yang memiliki kompetensi dan kemampuan. Secara alamiah, dorongan ini muncul pada diri anak semenjak bayi. Mereka belajar menggunakan tangis, senyum, gerakan dan suara-suara untuk memanggil orangtuanya, meminta perhatian dan “memaksa” orang tua memenuhi keinginannya.

Usia dua tahun, dorongan untuk mengembangkan kemampuan “mengubah dunia” itu semakin menguat. Para ahli menyebut rentang usia dua hingga empat tahun sebagai the terrible twos atau masa-masa dua tahun yang “mengerikan”. Ungkapan ini mungkin terasa berlebihan. Tetapi pada prinsipnya para ahli menyampaikan pesan dengan ungkapan ini bahwa anak-anak usia dua tahun hingga empat tahun sedang mengembangkan kemampuan mengatur, memaksa, menolak perintah dan melakukan tawar menawar terhadap aturan orang dewasa. Lebih-lebih jika diperintah secara tiba-tiba, mereka cenderung menunjukkan perlawanannya. Mereka ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa mereka tidak bisa dipaksa.

Kecenderungan ini sangat alamiah. Setiap anak harus memiliki dorongan ini sebagai bekal untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai Sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Orang tua maupun guru di sekolah berkewajiban menumbuhkan sense of competence ini pada diri anak, terutama usia 4-8 tahun. Jika anak memiliki perasaan ini secara memadahi pada rentang usia 4-6 tahun, mereka akan lebih siap untuk memasuki fase pendisiplinan diri pada usia 7 tahun. Pada saat yang sama orangtua maupun guru di sekolah tetap berkewajiban membangun sense of competence hingga usia 8 tahun sehingga mereka memiliki citra diri, harga diri serta percaya diri yang baik.
TV

Mengapa fase pendisiplinan dimulai paa usia 7 tahun ? Ini terkait dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Belia bersabda, “Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukulah dia apabila meninggalkannya.” (Riwayat Abu Dawud)

Dalam Hadits ang diriwayatkan oleh Imam Al Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Ajarkanlah anakmu tatacara shalat ketika telah berusia tujuh tahun. Dan pukulah dia pada saat berusia sepuluh tahun (apabila meninggalkannya).” (Riwayat Tirmidzi). Hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas kepada kita bahwa mendisiplinkan anak shalat dimulai pada usia tujuh tahun. Bukan usia sebelumnya. Kita perlu memberi pendidikan iman, akhlak dan ibadah sedini mungkin. Tetapi ada prinsip lain yang harus kita perhatikan: berikanlah pendidikan tepat pada waktunya. Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah SAW dan sebaik-baik perkataan adalah firman Allah ‘Azza wa jalla, yakni kitabullah Al-Qur’anul Kariim.

Jadi, kalau anak yang belum berusia tujuh tahun tidak mengerjakan shalat, kita harus memaklumi dan melapangkan hati. Tugas kita adalah menumbuhkan perasaan positip terhadap kebiasaan yang ingin kita tumbuhkan, membangkitkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi) serta menjamin bahwa mereka memiliki harga diri yang tinggi. Kita memperlakukan mereka secara terhormat, tetapi bukan memanjakan.

Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang member rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi yangbertakwa.” (Thaahaa <20> : 132).


Sabar

Ah…, rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak-anak shalih yang mendoakannya, kita haruskan mereka melakukan shalat bahwkan ketika usianya belum genap empat tahun. Arena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak-anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau.., kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah-payah beusaha? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit. Lantas, apa hubungan denga televise? Mohon sabar menunggu pembahasan berikutnya. Wallahu ‘alam bishawab.


Sumber : Suara Hidayatullah/Juni 2008/Parenting

Wednesday, July 16, 2008

Review Film Kung Fu Panda

film anak
Inilah salah satu film yang layak ditonton oleh seluruh keluarga. Siap-siap saja ketika menonton bersama anak-anak, anda akan sibuk menjawab pertanyaan mereka. Pokoknya seru banget!

Film ini berkisah tentang Po si panda gendut yang sangat menyukai segala hal yang berbau kungfu. Cita-cita Po adalah ingin menjadi jagoan kungfu, sampai-sampai dalam tidur seringkali Po bermimpi menjadi salah satu jagoan kungfu yaitu ‘Pendekar Naga’. Po juga ngefans banget sama The Furious Five, para pendekar kungfu murid Master Shifu dan Master Oogway yang tinggal di Istana Giok.

Suatu hari Master Ougway bermimpi tentang kembalinya Tai Lung yang merupakan salah satu murid kesayangan Master Shifu yang berkarakter jahat. Tai Lung dipenjara karena sangat berbahaya bagi penduduk Valley of Peace dan sangat berambisi menjadi ‘Pendekar Naga’ sehingga berusaha merebut gulungan rahasia kekuatan Pendekar Naga secara paksa. Master Ougway mengatakan bahwa yang bisa menyelamatkan penduduk Valley of Peace dari kejahatan Tai Lung adalah Pendekar Naga.film anak

Akhirnya diadakan pemilihan Pendekar Naga di Istana Giok yang dihadiri oleh seluruh Penduduk Valley of Peace. Lewat kejadian yang lucu ternyata Po akhirnya terpilih menjadi sang Pendekar Naga. Dari sinilah dimulai kejadian-kejadian yang seru, kocak dan menegangkan pada saat proses Po belajar sebagai pendekar naga. Puncaknya adalah pertarungan antara Po dengan Tai Lung.

Film bertabur bintang ini adalah proyek animasi pertama yang dibikin oleh Dreamworks Picture. Tapi hasilnya sama sekali nggak mengecewakan. Kekuatan utama film ini adalah pada dialognya, yang unsur komedinya cukup tinggi. Dari mulai adegan slapstick favorit anak-anak kecil, sampe dialog lucu yang cuma dimengerti orang dewasa. Dan sebagai film keluarga, pesan moral Kung Fu Panda juga cukup mengena tanpa kelihatan menggurui.
film anak
Ternyata Kung Fu Panda pun sukses di Box Office. Pada hari pertama berhasil membukukan 20,3 juta US Dollar. Di minggu pertamanya, 60,2 juta US Dollar berhasil diraup. Saat ini Kung Fu Panda menduduki peringkat 1 Box Office.

Sutradara: Mark Osborne & John Stevenson
Pengisi Suara: Dustin Hoffman, Jack Black, Angelina Jolie, Jackie Chan, Lucy Liu
Produksi: Dreamworks Animation

Madu, Bukan Gula


Orang sering menyamakan madu dengan gula, sering pula salah sangka soal mutunya. Bagaimana yang sebenarnya? Mencari madu ternyata gampang-gampang susah. Dibilang gampang, karena madu sangat mudah diperoleh. Anda bisa mendapatkannya di toko, pasar, supermarket hingga pedagang madu keliling. Namun, untuk mendapatkan madu yang benar-benar berkualitas tinggi ternyata sangat sulit.

Tak hanya itu, pengetahuan masyarakat soal madu pun masih sangat minim. Akibatnya, mitos yang salah tentang madu pun berkembang. "Ada yang mengatakan bahwa meminum madu tak ada bedanya dengan meminum gula," ujar Ir Kasno MSc, pakar perlebahan yang juga dosen Fakultas Kehutanan IPB.

Tak sama dengan gula

Menurut Kasno, madu itu berbeda dengan gula. Madu merupakan food supplement alami yang berkhasiat. Ia mengandung monosacharida yang terdiri atas glukosa dan fruktosa. Selain itu, madu juga mengandung berbagai jenis vitamin, asam amino, macam-macam mineral serta 100 jenis zat yang bermanfaat untuk kesehatan.
Karena kandungannya, tak heran jika madu bisa digunakan untuk pengobatan dan
suplemen bagi mereka yang tengah berdiet.

Sedangkan gula hanya mengandung disakarida yang disebut dengan sukrosa. Madu berasal dari cairan khusus yang dihasilkan tanaman pada bagian bunga dan pucuk daun. Cairan
tersebut disebut nektar. "Di dunia ini, tak ada madu yang sama, karena bukan pabrikan," ungkap entomologist ini. Warna dan jenis madu yang dihasilkan lebah tergantung sumber nektar. Karena itu, dalam setiap madu ada perbedaan rasa, aroma, dan khasiat. Hal itu juga tergantung dari komponen-komponen yang dikandung tanaman yang menjadi sumber nektar.


Kasno menegaskan, anggapan masyarakat yang menyamakan madu dengan gula sangat tidak benar. Madu yang mengandung glukosa dan fruktosa saat diminum langsung akan diserap darah. Sehingga, madu cepat menghasilkan tenaga. Sedangkan, gula yang berisi sukrosa
baru bisa diserap sekitar beberapa jam kemudian. Seorang pedagang madu di pasar biasanya berkoar-koar bahwa madu yang dijualnya adalah madu asli. Menurut Kasno, dalam madu tak ada istilah asli atau palsu. Semua madu itu asli, pasalnya tidak akan ada yang mampu membuat madu selain lebah. "Yang ada adalah
madu yang berkualitas tinggi atau rendah."

Menurutnya, sangat sulit secara indrawi untuk bisa mengetahui apakah madu yang beredar di pasar itu berkualitas tinggi atau rendah. Semua, lanjut dia, harus diperiksa di laboratorium. Namun, jangan khawatir. Agar Anda tak tertipu membeli madu, ada beberapa ciri yang menentukan berkualitas atau tidaknya semua madu.

Menaksir kualitas madu

Madu yang berkualitas tinggi bisanya memiliki kekentalan yang sangat tinggi.Sehingga, Anda disarankan untuk membeli madu yang tidak encer. Selain itu, Anda pun tak boleh memilih madu yang berbuih. Buih yang ada pada madu menunjukkan bahwa madu tersebut telah mengalami fermentasi. ''Sehingga, kualitasnya sangat rendah,'' tutur Kasno.

Adanya anggapan di masyarakat bahwa madu yang diisi dalam botol dan meletup bila ditutup adalah anggapan yang salah. Menurut dia, madu yang meletup itu telah mengalami fermentasi, karena banyak mengandung gas karbondioksida C02. Ada juga kepercayaan di masyarakat untuk mengukur madu berkualitas tinggi dengan cara memakai korek api. Menurut Kasno, bisa saja korek api yang dicelupkan ke dalam madu bisa cepat terbakar, karena madu tersebut telah mengandung alkohol. Mengukur madu dengan semut pun tak bisa jadi jaminan. Madu yang rasanya sudah asam, tak akan didatangi semut.

Selain itu, untuk mendapatkan madu yang berkualitas tinggi, Anda perlu mencicipinya. Bila rasa madu tersebut sudah masam, maka kualitasnya sangat rendah. Selain telah
mengalami fermentasi, madu tersebut juga telah menjadi asam cuka. Kualitas madu ditentukan kadar air, gula serta hidroksimetilfulfurat (HMF). Berdasarkan,
Standar Nasional Indonesia (SNI) Madu No 01-2545 Tahun 1994. Berdasarkan standar itu, kadar air yang dikandung madu maksimal 22 persen berat per berat. "Itu pun masih terbilang sangat tinggi, karena standar FAO (organisasi pangan dan pertanian PBB) standarnya 20 persen."

Madu yang mengandung kadar air yang tinggi akan cepat rusak kualitasnya karena sangat mudah melakukan fermentasi. Menurut Kasno, madu adalah satu bahan yang bersifat hidroskopik. Yakni, bahan yang sangat menyerap air. Jika madu dibiarkan terbuka, maka madu akan mengambil air dari udara. "Sehingga, madu harus disimpan ditempat tertutup," tutur Kasno berbagi tips. Dengan begitu, madu tidak akan cepat rusak. Madu yang berkualitas tinggi juga harus mengandung gula sukrosa yang tak terlalu tinggi. Kadar sukrosa pada madu berdasarkan standar SNI, tak boleh lebih dari 10 persen. Kadar sukrosa pada madu terjadi akibat madu dipanen muda atau dimasak begitu dipanen. Hal itu, mengakibatkan enzim invertase yang ada pada madu mati. Padahal, enzim invertase ini yang berfungsi untuk mengubah gula rantai panjang menjadi monosacharida.

Sumber : Ir Kasno MSc
Thursday, 25 January 2007

Tuesday, July 15, 2008

Qurrota A'ayun

Anak-anak adalah kebahagiaan
penyejuk hati
penepis kesunyian
pembawa ketenangan
tempat mencurahkan kasih sayang
kekuatan yang sanggup menghilangkan rasa penat dan lelah seketika

kami bisa bayangkan betapa sepinya rumah kami tanpa mereka
tak ada tawa
tak ada canda
tak ada suara jeritan-jeritan jenaka ketika anak-anak sedang bermain

Ya Allah,
sesungguhnya Engkau telah mengabulkan do'a kami
Engkau memberi kami anak-anak yang sangat manis
sebagai sebahagian kebahagiaan kami di dunia yang fana ini

Kami sadar
Anak-anak yang Engkau berikan adalah amanah dari-Mu
Sebagai kewajiban kami hamba-Mu

Oleh karena itu ya Allah
Berilah kami petunjuk dan kekuatan
untuk mendidik dan membimbing mereka
untuk mengenal Mu