Thursday, July 17, 2008

Hidup Bahagia Tanpa TV (# 1)

Television
Oleh Muhammad Fauzil Adhim

Setiap anak harus mengembangkan perasaan bahwa mereka dapat ”mengubah dunia” dan memiliki kekuatan dari dalam (innerstrength) dan percaya bahwa mereka adalah orang yang memiliki kompetensi dan kemampuan. Secara alamiah, dorongan ini muncul pada diri anak semenjak bayi. Mereka belajar menggunakan tangis, senyum, gerakan dan suara-suara untuk memanggil orangtuanya, meminta perhatian dan “memaksa” orang tua memenuhi keinginannya.

Usia dua tahun, dorongan untuk mengembangkan kemampuan “mengubah dunia” itu semakin menguat. Para ahli menyebut rentang usia dua hingga empat tahun sebagai the terrible twos atau masa-masa dua tahun yang “mengerikan”. Ungkapan ini mungkin terasa berlebihan. Tetapi pada prinsipnya para ahli menyampaikan pesan dengan ungkapan ini bahwa anak-anak usia dua tahun hingga empat tahun sedang mengembangkan kemampuan mengatur, memaksa, menolak perintah dan melakukan tawar menawar terhadap aturan orang dewasa. Lebih-lebih jika diperintah secara tiba-tiba, mereka cenderung menunjukkan perlawanannya. Mereka ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa mereka tidak bisa dipaksa.

Kecenderungan ini sangat alamiah. Setiap anak harus memiliki dorongan ini sebagai bekal untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai Sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Orang tua maupun guru di sekolah berkewajiban menumbuhkan sense of competence ini pada diri anak, terutama usia 4-8 tahun. Jika anak memiliki perasaan ini secara memadahi pada rentang usia 4-6 tahun, mereka akan lebih siap untuk memasuki fase pendisiplinan diri pada usia 7 tahun. Pada saat yang sama orangtua maupun guru di sekolah tetap berkewajiban membangun sense of competence hingga usia 8 tahun sehingga mereka memiliki citra diri, harga diri serta percaya diri yang baik.
TV

Mengapa fase pendisiplinan dimulai paa usia 7 tahun ? Ini terkait dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Belia bersabda, “Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukulah dia apabila meninggalkannya.” (Riwayat Abu Dawud)

Dalam Hadits ang diriwayatkan oleh Imam Al Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Ajarkanlah anakmu tatacara shalat ketika telah berusia tujuh tahun. Dan pukulah dia pada saat berusia sepuluh tahun (apabila meninggalkannya).” (Riwayat Tirmidzi). Hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas kepada kita bahwa mendisiplinkan anak shalat dimulai pada usia tujuh tahun. Bukan usia sebelumnya. Kita perlu memberi pendidikan iman, akhlak dan ibadah sedini mungkin. Tetapi ada prinsip lain yang harus kita perhatikan: berikanlah pendidikan tepat pada waktunya. Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah SAW dan sebaik-baik perkataan adalah firman Allah ‘Azza wa jalla, yakni kitabullah Al-Qur’anul Kariim.

Jadi, kalau anak yang belum berusia tujuh tahun tidak mengerjakan shalat, kita harus memaklumi dan melapangkan hati. Tugas kita adalah menumbuhkan perasaan positip terhadap kebiasaan yang ingin kita tumbuhkan, membangkitkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi) serta menjamin bahwa mereka memiliki harga diri yang tinggi. Kita memperlakukan mereka secara terhormat, tetapi bukan memanjakan.

Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang member rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi yangbertakwa.” (Thaahaa <20> : 132).


Sabar

Ah…, rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak-anak shalih yang mendoakannya, kita haruskan mereka melakukan shalat bahwkan ketika usianya belum genap empat tahun. Arena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak-anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau.., kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah-payah beusaha? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit. Lantas, apa hubungan denga televise? Mohon sabar menunggu pembahasan berikutnya. Wallahu ‘alam bishawab.


Sumber : Suara Hidayatullah/Juni 2008/Parenting

No comments:

Post a Comment